ternyata mereka sedang mendebatkan tentang tahapan hari akhir, yaumul hisab dulu atau yaumul mizan dulu. menurut guru agama kami (bu yuhana) adalah yaumul hisab dulu. tapi beberapa temanku berpendapat (dan beberapa buku menuliskannya) bahwa yaumul mizan dulu, ada pula temanku yang setuju dengan guruku. aku pun setuju dengan guruku. temanku saling membenarkan pendapatnya sambil mengambil beberapa contoh perumpaan. mereka pun mencoba meyakinkan kalau yaumul mizan dulu, ini salah satu contohnya
Dito : "coba gi kalo kamu beli jeruk, ditimbang dulu apa dibayar ?
Algi : " ga bisa tok, beda"
Dito : " sok geura gi, ditimbang dulu apa dibayar dulu"
Aku : " di akhirat ga sama kaya beli jeruk kali dit"
ya, itulah jawaban terbaikku. penghitungan dan sistem di akhirat tidak sama dengan di dunia. beli jeruk ya beli jeruk, akhirat ya akhirat. punya caranya sendiri sendiri. kita hanya bisa menjalaninya saja kan, apalagi itu hukum yang dibuat oleh Allah SWT.
jadi intinya, penghitungan di akhirat jangan disamakan dengan penghitungan saat membeli jeruk di supermarket, itulah keyakinanku
No comments:
Post a Comment