Dia mengeluarkan revolver berperedam dari balik jaketnya, dan dia menodongkannya padaku. “Aku butuh uang, kawan, untuk makan anak dan istriku. Aku sedih, meski aku raja di tanahku, aku harus mengemis dan mengais-ngais sampah dari orang lain! Ini tanahku, kau tahu! Aku rajanya, tapi mengapa aku yang terjajah?! Aku yang mengemis!”
“Aku tahu, karena itulah yang aku katakan dan perjuangkan di depan bos bodohmu itu.”
“Ku katakan sekali lagi, aku sangat berterima kasih padamu. Tapi maaf, aku butuh uang sekarang. Biarlah aku tetap menjadi raja yang terjajah sekarang. Biar orang-orang Cina itu jadi tuanku. Tapi, di masa anakku nanti, Cina-Cina itulah yang akan jadi pesuruh,” ujarnya penuh amarah. “Sebenarnya aku tidak mau kau mati, tapi tak apalah. Akan kudidik anakku nanti jadi orang seperti kau, Nak, selamat tinggal.”
Rupanya dia sangat hebat, aku merasa timah panas itu melesat mengoyak jangtungku dalam sekejap, dan aku pun roboh ke tanah. “Dunia ini begitu keras, kawan, yang cerdik dan yang kuatlah yang bertahan.”
***
Inilah jeritan negeri yang terngiang di kepalaku saat timah itu mengoyak jantungku;
AKU ADALAH RAJA YANG MEMILIKI NEGERI LUAS
AKU ADALAH RAJA YANG MEMILIKI NEGERI SEJUTA KEINDAHAN DAN PESONA
TAPI AKU BUKAN RAJA DI NEGERIKU
AKU ADALAH RAJA YANG TERJAJAH
RAJA YANG MENJADI BIDAK
RAJA TANPA TAHTA!
--inilah yang kunamakan pengaplikasian teori, sayangnya di negriku ini pelajaran pengaplikasian teori ini masih jarang. dan kebanyakan hanya belajar terus tentang teori tanpa tahu fungsi dalam pengaplikasiannya--
No comments:
Post a Comment