Pages

Monday 13 December 2010

Saat senja menjelang
Fajar pulang ke peraduannya,
ditemani langit lembayung.
Kupejam mata sesaat,
menghalau sinar lembayung itu.
Kurasakan hangat pasir di telapak kakiku,
betapa nyamannya.
Fajar sudah benar-benar hilang.
Dan ombak mulai naik,
menyentuh ujung jari-jari kakiku.
Kupijakan kaki di pasir,
berusaha berdiri dengan malas.


Kutarik nafas,
dan kuhirup aroma laut dalam-dalam.
Kumulai berlari sekencang-kencangnya.
Meninggalkan jejak-jejak halus di pasir.
Berusaha mendahului sang angin.
Membiarkan wajahku dibelai.

Membiarkan rambutku diurai oleh mereka, angin-angin itu.


Ku merasa limbung, dan terjatuh
Ku jatuh terududuk dan tak sanggup berdiri lagi.
Nafas dan badanku sudah tak kuat lagi
Aku sudah terengah-engah.
Lututku sudah lemas.
Di tengah engahan nafasku,
kukumpulkan segenap tenaga, dan
Berteriak.
Kukalahkan empasan ombak pada karang dengan suaraku
Teriakanku.


Lemas, semua badanku terasa lemas.
Namun bebanku telah hilang
Ikut terbawa angin yang terus mengelana
Mungkin suatu hari kita kan bertemu lagi wahai angin.
Tapi nanti, aku akan lebih siap untuk menghadapi beban-bebanku.
Karena ku tahu kau seperti angin
Tak akan kembali ke tempat yang sama

No comments:

Post a Comment